Selasa, 10 Mei 2011

Jeritan Gairah Seorang Istri

Usia Joan menginjak dua puluh satu tahun saat terjadi kekacauan Misteri Reformasi tahun 1997. Dia telah menjalin hubungan dengan sejumlah laki- laki, namun di antara mereka yang paling menggetarkan hatinya adalah seorang Kapten di Angkatan Laut yang telah menjalankan dinas di sebuah kapal selam pemburu di lepas Pantai Samudra Pasifik. Joan menyerahkan keperawanannya di satu akhir pekan kepada sang kapten, ketika ia mengambil cuti. Setelah itu, mereka saling mengirim surat untak mengungkapkan perasaan cinta mereka yang membara, dan dalam cuti berikutnya, mereka berdua menikah di bawah prosesi seorang pendeta di Gereja Kathedral. Joan dan suaminya memiliki dua orang anak, satu anak laki didapat sewaktu suaminya sedang melaut dan satunya lagi lahir setelah Gejolak Reformasi berakhir. Keduanya lahir ketika mereka menempati sebuah apartemen di wilayah Jakarta Pusat dengan pasangan- pasangan lainya, yang juga menikah di bawah kondisi yang sama.

Namun, Joan sangat menderita Sang Kapten, yanng hidupnya glamour ketika bertugas di angkatan laut, ternyata seorang petualang cinta dan penjudi kelas kakap, satu profesi yang terangan- terangan berlawanan dengan hukum di Indonesia. Karena tidak siap menghadapi kehidupan seperti itu, Joan mencari bantuan sorang ahli psikoanalisa. Langkahnya itu, yang telah dijalaninya selama enam tahun, menghadapkannya pada dua akibat, Joan menuntu perceraian dan ia menjadi sangat yakin bahwa kemampuan seksualnya rendah, karena dia belum pernah, selama pernikahan, kecuali sewaktu dia menyerahkan kegadisannya dulu, mengalami sati orgaesme melalui hubungan seks. Suaminya mengejek pengalamannya ini. Ahli psikoanalisa yang didatanginya memperburuk keadaannya karena, menurut keterangan yang diberikan kepada Joan, situasi seperti itu merupakan suatu tanda perkembangan yang tertahan yang dengan sendirinya mempengaruhi hal- hal lainnya.
Meski Joan telah belajar melakukan masturbasi untuk mencapai orgasme, dia merasa kikuk bila meminta suaminya agar menyenangkan dirinya dengan cara yang "sangat tidak dewasa" ini, suatu ketakutan yang sangat diperhebat oleh suami dan analisnya. Selama tiga puluh tahun kemudian, sampai dia berkonsultasi dengan seorang teraphy lainnya karean gangguan depresi yang tidak pernah lagi emiliki keberanian bercerita kepada pasangan berikutnya atau orang lain mengenai apa yang disenanginya secara seksual.
Karena merasa yakin bahwa dirinya mengingkari ketidakmampuan dan ketidakmatangannya, dia menghabiskn hampir seluruh hidupnya dalam pengingkaran seksualitasnya.

Pertimbangkan pula bahwa hampir segala sesuatu yang menyinggung seksualitas manusia masih terdafta dalam abstrak psikologi dan sosiologi di bawah pokok bahasan "penyimpangan kriminal"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar