Minggu, 27 Desember 2009

The Hooters Girls


Seorang teman baik yang kini tinggal di Washington DC, AS, mengirimkan guntingan iklan berukuran satu halaman yang dimuat di koran USA Today dan Washington Post." Coba, buatkan naskah iklan dengan visual seperti ini. Klien kita kita adalah sebuah jaringan restoran yang belakangan terlilit masalah hukum," pesan bernada perintah seorang direktur  kreatif biro iklan.

Meski hanya berolok- olok, gatal juga tangan saya untuk mengerjakan " perintah harian" teman saya itu. Jaringan restoran AS itu hanya memperkerjakan pramusaji wanita, yang bersedia mengenakan kaos oblong ketat warna putih sebagai "seragam resmi". Kelompok restoran yang dijuluki The Hooters ( ungkapan "duniawi" yang artinya "payudara" ) itu, sedang berperkara dengan Komisi Federal Persamaan Kesempatan Memperoleh Pekerjaan. Tuduhannya cukup gawat: melanggar Undang- undang Hak Sipil 1964, karena tidak merekrut, memperkerjakan dan menugaskan karyawan pria untuk melakukan tugas- tugas garda depan, dan mempertahankan klasifikasi kerja secara diskriminatif.

"Komisi itu meminta kami untuk tidak mempraktekkan konsep  Hooters Girls," kata Mike Mcneil direktur pemasarannya, seperti di kutip kantor Berita AFP. Padahal para cewek yang berpayudara kimplah- kimplah itu merupakan maskot, pelaris, dan daya tarik jaringan restoran 172 outlet itu. "Ada bau politik di balik tuduhan Komisi Federal tersebut," keluh McNeil.

Nah, untuk menyerang balik, para petinggi Restoran The Hooters memasang iklan seperti ditulis di-awal cerita ini. Visualnya bukan seorang cewek ber- hooters seukuran semangka ranum yang aduhai, senyuman menggoda dan sorot mata nakal. Yang terpampang adalah seorang pria besar dan tegap, berkumis lebat, berambut palsu warna pirang, dan berseragam merek dagang Hooters, celana pendek oranye yang amat minim  dan kaos oblong putih ketat.

Entah dari pakar pemasaran mana ilham iklan itu diperoleh. Yang jelas 70% lebih pelanggan Hooters: ingin siapa lagi kalau bukan kaum pria yang umumnya ingin menikmati pembuka selera mata sebelum menyantap hidangan utama . (disadur oleh H.B Supiyo)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar