Senin, 29 Juli 2013

PENYAKIT SEKS LEMAH SYAWAT



Seratus tahun yang lalu , pembahasan umum seksualitas dan kenikamtan seksual belum bisa diterima. Para ilmuwan yang berusaha mengkaji seks dianggap bersalah oleh rekan= rekan sejawatnya dan mereka seringkali takut reputasinya akan jelek. Dalam tingkat tertentu, masalah ini masih kita alami sampai sekarang. Victorianisme, yang oleh seorang penulis dijuluki sebagai “penyakit lemah syahwat”, sedang ramai dibicarakan. Sementara, zaman Victorian menghasilkan beberapa pornografi yang hebat di mana wanita digambarkan sangat menikmati seks, pandangan resmi zaman itu secara lebih baik digambarkan oleh Lord Acton yang menulis, “Berbahagialah masyarakat yang memiliki gagasan bahwa wanita yang memiliki perasaan- perasaan seksual bisa dikucilkan sebagai seorang pembawa fitnah yang hina.”
Menurut pandangan yang berlaku pada zaman itu, kurangnya dorongan seksual merupakan suatu aspek penting feminimitas. Konsep Victorian tentang fungsi seorang wanita jelas dinyatakan dalam sebuah buku pegangan bagi ibu- ibu dan isteri- isteri penurut yang ditulis pada tahun 1840an.
“Segi yang aneh pada diri seorang wanita adalah kecenderungan sikapnya yang tekun dan penuh perhatian untuk berada di sekitar tempat tidur, memperhatikan langkah- langkah bayinya yang lemah, menyampaikan unsure- unsure pengetahuan kepada anaknya dan dianugerahi senyum yang selalu merekah kepada sahabat- sahabtnya yang terbatas di dunia ini.”
Peran wanita sebagai seorang mitra seksual yang aktif terlalu diremehkan, namun mereka melakukannya secara tulus dan ikhlas. Ratu Victoria memperjuangkan ide- ide tersebut dan secara aktif mencegah kaum wanita agar tidak memasuki dunia profesi, terutama bidang pengobatan. Harapan wanita zaman Victorian adalah bahwa wanita hendaknya menjadi ibu dan isteri yang patuh. Kata- kata nyanyian dalam operet Gilbert and Sullivan dipenuhi dengan wanita- wanita tua yang hidupnya penuh kesedihan yang tidak mendapat tempat di masyarakat dan secara ekonomis miskin bila tidak di bawah santunan seorang lelaki. Salah seorang kolega professional Freud, ahli neuro- psikiatris Jerman, Ricard von Krafft-Ebing, seorang penulis ternama tentang maslah patologi seksual menganggap seks itu sendiri sebagai semacam penyakit yang menjijikkan. Berikut ini pernyataan tentang wanita :
“Jika mentalnya berkembang secara normal dan dibesarkan dalam lingkungan yang baik, dorongan seksualnya kecil, Jika tidak, seluruh dunia menjadi tempat pelacuran dan tidak mungkin adanya lembaga perkawinan dan keluarga. Tentu saja laki- laki yang menghindari wanita dan wanita yang memburu laki- laki tidaklah normal.”
Lingkungan masyarakat seperti itu yang tampaknya, bukanlah lingkungan yang dapat memberikan dorongan untuk mulai menyelidiki sifat seksual laki- laki, apalagi wanita, belumlah merupakan salah satu prestasi besar Sigmund Freud. Freud lahir di suatu daerah yang sekarang disebut Czechoslovakia tahun 1856 , terpaut enam belas tahun setelah Ratu Victoria menikahi suami tercintanya, Albert. Keluarga Freud pindah keVienna  ketika dia masih berusia empat tahun dan seluruh pendidikannya dia peroleh dari pusat kebudayaan yang agung. Agar bisa menopang kehidupan isteri dan anak- anaknya, dia meninggalkan kariernya di dalam bidang penelitian laboratorium dan menjadi seorang ahli neurologi dengan membuka praktek pribadi. Seperti yang dikemukakannya pada usia delapan puluh tahun:
Saya menemukan beberapa fakta baru yang penting tentang orang- orang yang tidak sadar dan kehidupan psikis, peran dorongan- dorongan naluriah dan sebagainya. Di luar ilmu pengetahuan baru, yaitu PSIKOANALISA , suatu bagian  dari  psikologi, sebagai metode  baru dalam penyembuhan orang yang menderita neurosis. Saya harus membayar mahal untuk sedikit keuntungan yang baik ini. Orang tidak percaya kepada fakta- fakta saya dan menganggap teori- teori saya tidak logis . Perlawanan sangat kuat dan datang tiada henti- hentinya.
Penelitian Freud telah mengejutkan dunia Barat dan mengakibatkan dia dikucilkan oleh berbagai masyarakat  terpelajar  yang  mula- mula  menyambutnya sebagai innovator. Kejahatannya adalah bahwa dia menantang konsep yang berlaku yakni laki- laki adalah sebagai manusia yang rasional dan menyatakan bahwa libido atau dorongan seks bertanggungjawaab terhadap banyak perilaku manusia. Dengan menganalogikan pikiran laki- laki dengan fenomena puncak es, yang hanya kelihatan bagian puncaknya, sementara bagian terbesar gunung itu sendiri tenggelam dan tidak kelihatan, dia menyatakan bahwa sebagian besar pikiran bersifat irasional dan tidak sadar, dengan hanya bagian puncak dari pikiran saja atau pikiran bawah sadar dan sadar yang muncul ke permukaan.
Dia berpendapat  bahwa bagian yang lebih besar dan tidak sadar ini, banyak di antaranya yang mengandung elemen-elemen seksual, lebih penting dalam menuntun kehidupan kita dibandingkan bagian- bagian yang rasional, meski berarti kita menipu diri sendiri kalau mempercayai keadaan yang sebaliknya.
Dia mengajari para ahli terapi tentang suatu cara baru dalam menangani pasien- pasien, yakni dengan menyimak asosiasi bebas pasien dan impian- impian mereka sebagai sarana- sarana untuk mempelajari lebih banyak tentang diri para pasien dan membantu mereka. Dia meminta perhatian perihal pentingnya tahun- tahun awal kehidupan dan hubungan anak dengan lingkungan tahun-tahun awal itu.
Sigmund adalah orang pertama yang menguraikan tentang seksualitas masa kanak- kanak dan memperlihatkan kepada kita betapa, dalam hal ini dan banyak hal lainnya,”Anak adalah ayah sekalian manusia.” Selain kontribusi- kntribusi yang sangat penting itu, dia juga mengajari kita  banyak  hal lainnya tentang seksualitas dan sifat manusia. Meski tidak setiap orang setuju dengan pendapatnya, Freud dan para psikolog lainnya menganggap teori kompleks Oedipus yang tertindas sebagai  salah satu prestasi besarnya. Pendek kata, teori ini menyatakan bahwa objekerotis anak adalah ibunya dan bagi anak laki- laki dan anak perempuan, ibu menjadi prototype semua objek yang dicintainya kelak.
Sewaktu anak laki- laki yang masih kecil mulai mengalami kenikmatan pada alat kelaminnya. Dia ingin menjadikan dirinya penggoda ibunya dan menggantikan ayahnya. Karena ayahnya lebih besar dan lebih kuat, dia tahu usahanya itu akan gagal. Disamping itu, dia memerlukan ayahnya. Pada saat yang sama, ibunya berusaha mencegah anak laki- lakinya yang masih kecil supaya tidak melakukan masturbasi. Jika gagal mencegah anaknya agar tidak melakukannya, dia mungkin bisa bertindak lebih jauh yakni mengancam bahwa sesuatu yang jelek akan terjadi jika dia masih tetap melakukan kebiasaan yang jelek ini.
Jika anaknya yang masih kecil itu kebetulan melihat alat kelamin wanita dan membayangkan penisnya akan hilang sebagai suatu hukuman, dalam dirinya bisa berkembang suatu ketakutan dikebiri. Menurut Freud, keadaan ini bisa mengakibatkan suatu ketakutan terhadap “gejala- gejala neurotic”  yang lain, seperti ketakutan asersi diri untuk menghindari hukuman yang menakutkan atau hukuman- hukuman  lainnya, penentangan pihak yang berwenang yakni ayahnya, karena pertahanan terbaiknya bisa berupa serangan. Kondisi itu juga bisa mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan kepada ibunya karena adanya ketakutan pada ayahnya, perubahan pada wanita yang “dikebiri”  atau kombinasi keduanya, hal ini kadang- kadang nantinya mengakibatkan anak menghindari dirinya dari wanita melalui pilihan hidup membujang atau homoseksualitas.

Sikap- sikap seperti itu tetap mengendap dalam alam bawah sadar anak laki- laki, yang bisa diaktifkan kembali oleh peristiwa- peristiwa yang dihadapi kelak dalam hidupnya dan situasi ini akan mempermgaruhi perkembangan seksualitasnya ketika anak memasuki masa puber dan yang kemudian berkembang lebih lanjut pada masa dewasa.

Pembentukan Seksualitas Wanita Lesbian

Anak  perempuan, menurut Freud, berkembang secara berbeda. Karena tidak memiliki penis sejak kecil, dia tidak takut kehilangan. Namun, anak wanita merasa iri terhadap anak laki- laki dan bukannya memiliki kecemasan dikebiri, dia bisa memilih hidup sebagai lesbian. Atau dia mungkin mencoba menyeimbangkan kekurangannya itu dengan mengembangkan, bukan oleh apa yang disebut Freud sebagai “sikap feminism formal,” melain sikap pasif, suka mengeluh dan suka  bergantung dengan orang lain. Masalah lain yang mungkin dihadapi anak perempuan adalah bahwa dia tetap bisa marah kepada ibunya karena telah memberinya tubuh sebagai seorang anak perempuan yang kurang sempurna. Menurut Freud, sikap ini merupakan pangkal kompleks Elektra, dan anak perempuan ini berusaha mengganti tempat ibunya dengan ayahnya. Semua perasaan ini tentu saja perasaan- perasaan  seperti itu dengan sekuat tenaga menolak kembalinya perasaan itu ke dalam kesadaran.
Menurut penganut Freud, situasi ini menjelaskan kenyataan bahwa gagasan- gagasannya tampak aneh atau ganjil dan ditolak oleh banyak orang. Akan menjadi suatu tugas yang rumit dan menantang untuk membedakan antara apa yang ditolak karena itu tidak disadari dengan apa yang ditolak karena itu tidak benar.
Berdasarkan anggapan inferioritas wanita dan asumsi bahwa prototype dasar manusia adalah maskulinitas, Freud terus mengembangkan teori- teorinys tentsng seksualitas wanita yang menghasilkan semacam sikap- sikap cultural yang sangat mempengaruhi Joan selama bertahun- tahun kemudian. Dia memandang klitoris sebagai suatu organ  “maskulin” yang menonjol, sebuah penis inferior yang tidak berharga. Karena mudah dilihat dibandingkan vagina, tentu saja klitoris ditemukan terlebih dulu oleh anak perempuan yang masih kecil dalam permainan dan eksplorasi dirinya.
Freud mengajukan teori bahwa sewaktu anak perempuan tumbuh dewasa dan menjadi seorang wanita, dia harus mengehntikan ketertarikannya yang kekanak- kanakan terhadap klitorisnya itu dan “mengubah” focus perhatiannya ke perasaan- perasaan yang menyenangkan pada vaginanya. Vagina merupakan sebuah organ yang reseptif dan wanita diharapkan juga bersikap reseptif. Kondisi ini dikenal sebagai “teori transfer vagina ke klitoris.
Banyak dari teori Freud yang sekarang diterima sebagai teori yang valid. Faktanya, dia dianggap sebagai salah seorang raksasa yang kreatif di sepanjang zaman dengan alas an- alas an yang baik. Memang mudah mengkritik orang- orang besar, sementara dengan asyik bertengger di pundak mereka untuk memandang masa depan. Itu bukan maksud kami. Namun, kenyataannya adalah bahwa Freud, meski memberikan kontribudsi- kontribusi yang besar, telah melakukan beberapa kesalahan yang signifikan.


Kesalahan- kesalahan tersebut berkaitan dengan keterbatasan- keterbatasan metode penelitian dan kesadarann ya sendiri dan fakta yang sederhana bahwa sejumlah temuan dalam antropologi dan psikologi social yang mempengaruhi para pengikut Freud masih terasa mengganjal di masa- masa yang akan dating.
Banyak muridnya yang lupa bahwa Freud sendiri menyadari keterbatasan- keterbatasan pemahamannya tentang seksualitas wanita. Sewaktu menyampaikan harapannya bahwa para ahli analisa wanita mungkin suatu bisa member keterangan tentang masalah ini, dia berkat, “Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang feminimitas, Anda harus menyelidiki pengalaman- pengalaman Anda sendiri atau beralih ke pangalaman- pengalaman para penyair atau orang harus menanti sampai ilmu pengetahuan bisa member Anda informasi yang lebih masuk akal dan lebih mendalam.”
Metode penelitian ilmiah Freud sebagian bertanggungjawab terhadap teotri- teori revolusiner dan kesalahan- kesalahannya. Dia menulis bahwa prinsip- prinsip psikoanalisa didasarkan pada pengalaman- pengalaman pribadi dan klinisnya. Yaitu pada penyelidikan introspektif terhadap pikiran- pikiran dan perasaan- perasaan maupun pengamatan- pengamatan para pasien dan interpretasinyanya terhadap mereka
Pandangannya adalah bahwa tidak seorang pun, bila tidak melakukan pengamatan- pengamatan yang serupa, yang berhak menilai gagasan- gagasannya. Pandangan itu sampai sekarang masih bertahan di antara para pengamat neo- Freudian.
Freud dan pengikutnya pada dasarnya tidak bersikap kritis terhadap masyarakat dan mereka menerima gagasan Victorian tentang spremasi kaum pria. Meskipun demikian, dari awal, gerakan meraka sangat menarik perhatian wanita- wanita yang sangat mumpuni dan produktif. Beberapa di antaranya memberikan kontribusi- kontribusinya yang penting, namun hanya salah satu dari kelompok itu yang berani menantang prinsip patriarchal. Lainnya berhasil menyesuaikan pengalaman0 pengalaman seksualitasnya dan para pasien wanitanya ke dalam model cetakan yang khusus dibuat Freud untuk mereka..
Tentu saja, perkecualian patut dibuat untuk Karen Horney , M.D yang mulai menantang asumsi- asumsi Freud semenjak tahun 1924. Meski dia bersedia mengakui bahwa pemahamannya terhadap seksualitas wanita mungkin terbatas, Fre3du tidak menyambut dengan senang hati ketidaksetujuannya itu. Dia member toleransi kepada penyimpang Horney sampai tahun1938 ketika dia mengumumkan bahwa “seorang ahli analisa waqnita yang juga belum sepenuhnya yakin terhadap kecemburuannya terhadap penis juga gagal dalam menetapkan kepentingannya yang memadai kepada factor tersebut pada diri para pasiennya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar