Selasa, 17 November 2009

GUGUR SATU TAK TAK TUMBUH LAGI

Matahari agak malu - malu menampakan diri dari balik awan. Yang tidak merasa malu adalah sepasang muda - mudi berdekapan di sebuah bangku di sela - sela pohon rimbun di Imperial Park, Tokyo, berciuman mesra. Adegan tempel bibir yan cukup lama itu disaksikan puluhan pengunjung taman yang berlalu - lalang di depan Romeo & Juliet itu.
"Hii, tak tahu malu," ujar seorang wanita separo baya. "
dekadensi moral di kalangan anak muda," komentar Jennifer Saito yang selama tiga hari menemani saya menjelejahi Tokyo. Adegan "berani" itu kini bisa disaksikan di dalam kereta api, bus kota, di eskalator departement store, atau di pinggir perempatan jalan seperti yang saya lihat di kawasan Shibuya Hachiko yang ramai itu.

Tak jelas benar apakah "revolusi pergaulan" tengah melanda kaum muda Negeri Sakura. Jelas orang mulai mencari tahu siapa yang mempropagandakan kebiasaa baru: berciuman di tempat umum tanpa merasa risi dan malu? Yang pertama dituding sebuah perusahaan kosmetik, Kose Corp..yang pada 1992 menanyangkan iklan Televisi. Iklan tersebut menunjukan seorang wanita muda yang kata kepada pacarnya dengan nada setengah meminta :" Nei chu shite" atau " Darling , ciumlah saya ." Ungkapan itu menjadi itu menjadi populer sehingga memperoleh penghargaan sebagai ," Kalimat Paling Banyak Diingat " pada 1992.
Ditambah pengaruh majalah dan film asing, lengkaplah pembenaran ciuman di depan umum itu. Majalah HIP bahkan menurunkantuliswan yang ditujukan kepada kaum muda mengenai " seni dan ketenang dalam...." itu. Shiseido Co meraih penjualan besar dari lipstik produksiyang dijanjikan tak luntur kendati pemakainya diserang ciuman bertubi - tubi.
Dan stadion base ball Dome di Tokyo tahun lalu menawarkan potongan harga tiket kepada pasangan muda - mudi yang memperagakan berciuman hangat, tanpa harus ngos - ngosan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar